Header Ads

test

Ciptakan Masyarakat Tanggap Bencana, Kemiri Adakan TMS


Terliput - Besarnya potensi bencana di wilayah Purworejo, Kopasdal Tagana Jateng mengadakan TMS (Tagana Masuk Sekolah) yang bekerjasama dengan BPBD dan Pemerintah kabupaten Purworejo (27/3/2019). Kegiatan ini diadakan serentak di 5 gugus sekolah kecamatan Kemiri yaitu Ki Hajar Dewantara, Imam Bonjol, Hasanudin, Diponegoro dan Gajah Mada.






Simulasi dan evakuasi bencana dilaksanakan di tiap gugus dengan peserta para siswa SD sedang wawasan kebencanaan dipusatkan di SDN 1 Kemirilor dengan peserta kepala sekolah dan penjaga.

Menurut kepala BPBD Purworejo ada 3 pilar menghadapi bencana yaitu fasilitas sekolah aman, manajemen menghadapi bencana dan pendidikan pencegahan dan penanggulangan resiko bencana. "Tiga pilar ini seharusnya dikuasai stakeholder sekolah agar resiko bencana bisa diminimalisir", jelas Bapak Edy Purwanto.


TMS merupakan program Kemensos untuk mengedukasi masyarakat agar tanggap bencana mengingat Indonesia berada pada cincin api (ring of fire) yang berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi. Sehingga nantinya persoalan kebencanaan akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah agar lebih mudah diserap dan diterapkan.

Sebagaimana disampaikan oleh perwakilan dari Kopasdal Jateng Asri Puji Haryanto. "Bisa intra bisa ekstrakurikuler", tutur Pak Asri dalam sambutannya. "TMS bertujuan untuk pengenalan mitigasi bencana seperti langkah penyelamatan diri, jalur evakuasi dan titik kumpul", tambahnya.



   


Jalur evakuasi memiliki lebar minimal 2 meter agar mudah  dilalui. Sedang titik kumpul harus tanah lapang yang terhindar dari reruntuhan gedung dan tiang listrik atau pepohonan berbahaya.

Dalam simulasi dipraktekkan cara menyelamatkan diri apabila terjadi gempa bumi. Satu hal terpenting adalah guru dan siswa tidak boleh panik. Siswa mengambil tas dan berlindung di bawah meja yang kuat agar terhindar dari runtuhan atap. Apabila sudah aman, guru membuka pintu kelas kemudian siswa berjalan melewati jalur evakuasi menuju titik kumpul.

Apabila terjadi banjir arsip penting harus terhindar dari resiko terkena air. Seperti barang elektronik dan buku induk sekolah. Pastikan dokumen tersebut diletakkan di tempat yang tinggi. 

Dalam mitigasi bencana 3 kelompok yang harus segera diselamatkan adalah orang sakit, disabilitas dan kaum ibu dan anak-anak. Tiga golongan ini mendapat prioritas karena mempunyai kemampuan terbatas.



Mewakili Kepala Dinas Pendidikan Purworejo, Kasi Kurikulum Ibu Sri Siti Samsilah, S.Pd. menjelaskan bahwa agar sekolah siap dengan segala kemungkinan terburuk, maka guru harus menguasai pencegahan dan penyelamatan dalam bencana. "Semoga rompi ini tidak pernah kita pakai, artinya tidak ada bencana di Purworejo", ungkap Bu Siti sambil menutup acara. (arw)